Pada tahun 1908, sebuah ledakan misterius yang 1.000 kali lebih kuat
dari bom atom Hiroshima menghantam sebuah hutan di wilayah Tunguska,
Siberia, dan menghanguskan 80 juta batang pohon seluas 830 mil persegi.
Ledakan ini disebut dengan peristiwa Tunguska. Beberapa teori
dimunculkan mengenai penyebab pasti ledakan tersebut. Ada yang menyebut
jatuhnya sebuah UFO, ada yang menyebut sebuah lubang hitam mini, yang
lain menyebut antimatter dan yang lebih spektakuler menyatakan ledakan
itu adalah hasil percobaan ahli fisika Nikola Tesla yang gagal.
Namun pada 24 Juni 2009 kemarin,
American Geophysical Union menerbitkan sebuah publikasi pada jurnal
Geophysical Research Letter yang menyatakan bahwa ledakan itu
diakibatkan oleh sebuah komet.
Teori ini muncul setelah para peneliti menghubungkan antara fenomena
pembuangan asap pada pesawat antariksa NASA dengan peristiwa tunguska.
Setelah pesawat antariksa NASA melepas asap buangan, muncul sebuah awan
aneh yang bercahaya terang pada malam hari sehari setelah peristiwa itu,
awan itu sering disebut awan noctilucent. Awan yang sama juga terlihat
sehari setelah peristiwa Tunguska. Awan noctilucent adalah awan yang
terbentuk akibat partikel es dan hanya terbentuk di ketinggian langit
yang tinggi serta di temperatur yang luar biasa dingin.
"Hal ini seperti mengumpulkan petunjuk-petunjuk yang berserakan dari
misteri pembunuhan berumur 100 tahun," Kata Michael Kelley, seorang
profesor dari univeristas Cornell yang memimpin riset ini. "Bukti-bukti
yang ada cukup jelas menunjukkan bahwa bumi ditabrak oleh sebuah komet
pada tahun 1908."
Para peneliti merujuk kepada sejumlah besar uap air yang tersembur ke
atmosfer oleh nukleus es dari komet dengan rupa tiang melingkar dengan
membawa energi yang luar biasa. Proses ini disebut turbulensi dua
dimensi. Hal inilah yang menyebabkan awan noctilucent terbentuk sehari
sesudahnya.
Peristiwa pelepasan asap buang pada pesawat antariksa mengakibatkan
sebuah efek yang menyerupai peristiwa jatuhnya sebuah komet. Sebuah
pesawat antariksa melepaskan 300 metrik ton uap air ke atmosfer bumi,
dan partikel air yang dilepas mengembara ke arah arktik dan antartika
dimana mereka membentuk sebuah awan setelah berhenti di mesosfer.
Prof. Kelley dan rekan-rekannya menyaksikan awan tersebut terbentuk
beberapa hari setelah pesawat antariksa Endeavour (STS-118) diluncurkan
pada tanggal 8 Agustus 2007. Awan yang sama juga terlihat ketika pesawat
yang sama diluncurkan pada tahun 1997 dan 2003.
Mengikuti ledakan 1908, yang dikenal sebagai peristiwa Tunguska, langit
Eropa terang benderang selama beberapa hari hingga sejauh 3.000 mil.
Prof Kelley yang menyelidiki laporan dari para saksi mata setelah
ledakan itu segera menyimpulkan bahwa langit yang terang benderang itu
pastilah awan noctilucent.
Sebelumnya, para ilmuwan mengusulkan teori bahwa ledakan itu diakibatkan
oleh sebuah meteor. Namun penyelidikan yang seksama terhadap lokasi
ledakan tidak menunjukkan adanya sebuah kawah atau batu meteor yang
tersisa. Sebaliknya, sebuah komet umumnya hanya terdiri dari partikel es
dan debu yang segera menguap ke udara ketika komet itu menghantam Bumi.
Ini sebabnya kenapa para peneliti tidak bisa menemukan satupun bukti
penyebab ledakan tersebut.
Memang teori bahwa ledakan Tunguska diakibatkan oleh sebuah komet telah
lama dikemukakan. Namun baru kali ini mendapat peneguhan dengan bukti
yang meyakinkan.